Sabtu, 31 MEI 2025 • 10:46 WIB

Kisah Inspiratif Yogia Sembiring, Pionir Buku Bilingual yang Tumbuh di Era Gempuran Digital

Author

Yogia Sembiring, Pionir Buku Bilingual beserta keluarga. (Handout)

INDOZONE.ID - Di tengah derasnya digitalisasi, saat informasi hadir dalam bentuk video pendek, swipe cepat, dan algoritma personalisasi, buku cetak tetap bertahan. Ia tidak bersinar terang di layar gawai, tapi nyalanya tak pernah benar-benar padam di hati para pembaca.

Yogia Sembiring Meliala sudah melihat itu sejak awal. Pendiri CV Yrama Widya ini tak memilih jalan populer ketika membangun usahanya. Ia tidak berlomba membuat platform digital atau aplikasi belajar. Ia justru bertaruh pada sesuatu yang dianggap banyak orang usang, buku cetak.

“Saya percaya buku cetak tidak akan kehilangan tempat,” ujarnya kepada Indozone.

Keyakinan itu bukan lahir dari romantisme, melainkan dari pengalaman langsung melihat bagaimana buku cetak tetap jadi kebutuhan utama di sekolah-sekolah di luar kota besar, tempat koneksi internet masih terbatas dan perangkat digital belum merata.

Ia memulai usahanya dari nol, tanpa modal uang. Hanya dengan kepercayaan dari penyedia kertas dan percetakan. Awalnya, ia hanya menyusun buku-buku soal pelengkap pelajaran. Tapi ketika sekolah bertaraf internasional mulai berkembang, Yogia menjadi pionir buku bilingual di Indonesia, salah satu langkah strategis yang membuat nama Yrama Widya dikenal luas.

Baca Juga: Kisah Inspiratif Sawitri, Model Asal Bali yang Sukses di Catwalk Internasional usai Alami Bully di Masa Sekolah

Namun pencapaian itu tidak serta-merta mengubah arah dasarnya. Ia tetap pada komitmen awal, menerbitkan buku yang relevan, mudah diakses, dan menjangkau lebih banyak siswa. Di banyak tempat, terutama pelosok daerah, buku cetak masih menjadi andalan utama dalam proses belajar mengajar.

Yogia bukan penerbit besar dari awal. Ia lulusan ekonomi yang belajar dunia penerbitan dari bawah, dari meja administrasi hingga proses produksi dan distribusi. Semua ia pelajari sendiri. Dan ketika memutuskan mendirikan usahanya sendiri, ia tak punya karyawan. Hanya dorongan dari istrinya dan prinsip hidup sederhana, jangan takut susah dan jangan mudah menyerah.

Kini, CV Yrama Widya memiliki ratusan karyawan dan jaringan distribusi di seluruh Indonesia. Tapi semangat dasarnya tetap sama, mendistribusikan pengetahuan secara adil dan berkelanjutan. Tak hanya lewat buku, Yogia juga membangun pertanian dan peternakan di tanah kelahirannya sebagai bagian dari kontribusi swasembada pangan.

Di tengah komitmen menjaga keberlanjutan usaha dan relevansi produk, ia dan perusahaannya ini pun aktif menjangkau masyarakat melalui kanal digital. Informasi terbaru, program edukatif, hingga peluncuran buku rutin dibagikan lewat akun Instagram resmi mereka di @yramawidya.official, yang kini telah diikuti lebih dari 14 ribu orang.

Baca Juga: Kisah Inspiratif Saki Tamogami: Hidup Irit 15 Tahun, Bisa Beli 3 Rumah di Jepang!

Bagi Yogia, keberlanjutan bukan hanya soal bisnis, tapi nilai. Dan buku, meskipun bukan produk yang selalu ramai dibicarakan, tetap menjadi bagian penting dari masa depan pendidikan bangsa. Ia mungkin tidak berisik di ruang digital, tapi kehadirannya tetap dirasakan.

Di era yang penuh distraksi, buku cetak mungkin tetap memiliki tempat. Di tangan orang-orang seperti Yogia Sembiring Meliala, buku tetap hidup. Bukan karena nostalgia, tapi karena masih dibutuhkan, masih dibaca, dan masih dicintai.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: