Selasa, 17 JUNI 2025 • 14:01 WIB

Iran Ancam Tutup Selat Hormuz, Harga Minyak Dunia Terancam Meroket Tajam

Author

Selat Hormuz. (REUTERS/Hamad I Mohammed)

INDOZONE.ID - Pemerintah Iran mengancam akan menutup Selat Hormuz yang merupakan jalur penting bagi distribusi minyak dunia, di tengah meningkatnya ketegangan dengan negara-negara Barat. 

Ancaman ini langsung memicu kekhawatiran pasar global dan mendorong prediksi bahwa harga minyak mentah bisa melonjak hingga mencapai 130 dolar AS per barel.

Sebagai informasi, Selat Hormuz merupakan jalur sempit yang menghubungkan Teluk Persia dengan Samudra Hindia. 

Baca juga: Harga Minyak Naik Akibat Konflik Iran-Israel, Apa Dampaknya Bagi Pengembangan Energi?

Sekitar 20 persen dari total pasokan minyak dunia melintasi selat ini, menjadikannya titik strategis dalam rantai pasok energi global.

"Jika musuh berpikir mereka dapat melemahkan kami dengan sanksi, kami akan menutup Selat Hormuz, dan dunia akan merasakan akibatnya," kata salah satu pejabat Iran.

Ketegangan ini dipicu oleh tekanan ekonomi akibat sanksi internasional dan sengketa berkepanjangan soal program nuklir Iran. Situasi ini memperbesar risiko terganggunya pasokan energi dunia.

Menurut para analis energi, dampak dari penutupan Selat Hormuz bisa sangat besar, bahkan jika hanya terjadi dalam waktu singkat. 

"Harga minyak bisa melonjak ke level 130 dolar per barel atau lebih tinggi jika akses ke selat ini terhambat," kata John Kilduff, analis dari Again Capital, seperti dikutip dari Bloomberg.

Lonjakan harga minyak yang terjadi berpotensi memicu inflasi global dan memberi tekanan ekonomi besar, terutama bagi negara-negara pengimpor minyak.

Indonesia misalnya, bisa terkena dampak langsung berupa kenaikan harga BBM dan barang kebutuhan pokok. 

"Kami sedang memantau situasi ini dengan cermat. Stabilitas pasokan energi global sangat krusial," kata seorang  pejabat dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

Biaya operasional di sektor transportasi, industri manufaktur, dan konsumsi rumah tangga juga diperkirakan akan ikut melonjak.

Pasar minyak pun langsung merespons situasi ini. Harga minyak Brent dan WTI naik tajam di awal pekan. 

Sementara itu, Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya telah meningkatkan kehadiran militer di kawasan Teluk Persia sebagai langkah antisipasi.

Organisasi negara-negara pengekspor minyak (OPEC) dan sekutunya disebut-sebut tengah mempertimbangkan untuk menggelar pertemuan darurat guna membahas krisis ini.

Meski Iran belum benar-benar menutup Selat Hormuz, ancaman ini jadi pengingat serius tentang betapa rentannya pasokan energi global terhadap konflik geopolitik. 

Para ahli pun menyerukan perlunya diversifikasi sumber energi dan penguatan cadangan energi strategis.

Baca juga: Rupiah Diperkirakan Melemah Terhadap Dolar Imbas Perang Iran Vs Israel

Bagi Indonesia, situasi ini bisa menjadi momentum penting untuk mempercepat transisi menuju energi terbarukan, guna mengurangi ketergantungan pada impor minyak dan memperkuat ketahanan energi nasional.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Garuda TV