Selasa, 24 JUNI 2025 • 20:30 WIB

Dolar AS Melemah karena Gencatan Senjata Israel-Iran, Harga Minyak Anjlok Tajam

Author

 Seorang pegawai memegang uang kertas dolar AS di sebuah tempat penukaran uang di Jakarta, Indonesia, 9 April 2025. (REUTERS/Willy Kurniawan)

INDOZONE.ID - Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) mengalami pelemahan pada perdagangan Selasa setelah Presiden Donald Trump mengumumkan gencatan senjata penuh antara Israel dan Iran.  

Kabar ini langsung disambut positif oleh pelaku pasar dan memicu penguatan aset-aset berisiko.

Namun di sisi lain, dampak gencatan senjata Israel-Iran juga menekan harga minyak mentah global secara signifikan, karena kekhawatiran akan gangguan pasokan energi dari kawasan Timur Tengah mulai mereda.

Baca juga: Rupiah Diperkirakan Melemah Terhadap Dolar Imbas Perang Iran Vs Israel

Pengumuman gencatan senjata ini sekaligus menjadi titik terang dari konflik yang telah berlangsung selama 12 hari, di mana jutaan warga terpaksa mengungsi dari Teheran akibat ketegangan yang meningkat. 

Pemerintah Israel menyatakan telah menyetujui usulan Trump karena merasa telah berhasil mencapai target utama, yakni menghilangkan ancaman nuklir dan rudal balistik dari Iran. 

Akibatnya, pasar global merespons dengan optimisme karena konflik Timur Tengah redakan harga minyak dan memberi harapan pada stabilitas geopolitik jangka pendek.

Baca juga: Dampak Konflik Iran-Israel, Pertamina Ubah Rute Distribusi Minyak Lewat Oman dan India

Dalam kondisi ini, dolar AS melemah karena gencatan senjata Israel-Iran yang membuat investor mulai beralih ke aset lain dengan imbal hasil lebih tinggi. Pelemahan ini tercermin dari turunnya nilai tukar dolar terhadap beberapa mata uang utama, seperti yen dan euro. 

Terhadap yen, dolar turun 0,75 persen ke level 145,03. Sedangkan euro naik 0,27 persen ke $1,1609, mendekati posisi tertingginya sejak Oktober 2021. 

USD anjlok usai gencatan senjata dan hal ini semakin diperparah oleh pernyataan dovish dari pejabat Federal Reserve yang membuka kemungkinan pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat.

Michelle Bowman, salah satu gubernur The Fed, mengatakan bahwa sudah waktunya mempertimbangkan pemotongan suku bunga, apalagi jika data ekonomi ke depan menunjukkan pelemahan. 

Komentar serupa juga datang dari Christopher Waller, yang menyebut akan terbuka dengan opsi pemangkasan suku bunga pada pertemuan mendatang. Bahkan Presiden Trump mendorong agar suku bunga diturunkan sebesar dua hingga tiga poin persentase. 

Imbasnya, imbal hasil obligasi AS mengalami penurunan dan peluang pemangkasan suku bunga oleh The Fed pada Juli naik menjadi 23 persen, menurut data dari CME FedWatch Tool.

Indeks dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama tercatat turun 0,14 persen ke angka 98,09, memperpanjang penurunan lebih dari 0,5 persen yang terjadi sehari sebelumnya. 

Sementara itu, mata uang yang sensitif terhadap risiko seperti dolar Australia dan dolar Selandia Baru turut menguat. 

Dolar Australia naik 0,7 persen ke $0,6506, sedangkan dolar Selandia Baru naik 0,75 persen ke $0,6025. 

Shekel Israel pun menunjukkan penguatan tajam sebesar 1,5 persen terhadap dolar, mencapai level tertingginya sejak Februari 2023.

Situasi ini juga berdampak pada pasar aset digital. Harga bitcoin tercatat naik 2 persen ke $105.832, dan ether naik 3,2 persen ke $2.425. 

Penguatan ini mencerminkan perbaikan sentimen risiko global yang dipicu oleh gencatan senjata antara dua negara yang sebelumnya berada di ambang perang besar. 

Meski begitu, para analis tetap menunggu detail lebih lanjut mengenai isi dan syarat dari kesepakatan gencatan senjata ini serta peluang tercapainya perdamaian jangka panjang di kawasan tersebut.

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Washington Post

Author
TERPOPULER
TAG POPULER
BERITA TERKAIT
BERITA TERBARU
Tentang Kami Redaksi Info Iklan Kontak Pedoman Media Siber Pedoman AI dari Dewan Pers Kode Etik Jurnalistik Karir
FOLLOW OUR SOCIAL MEDIA